Cerita Curhatan Story - Terlalu Egois
Puisi ini mungkin terlalu pagi untuk dibaca, dan terlalu egois untuk disampaikan kepada seseorang yang mulai meragukan perasaan sendiri, dilema dalam hal kepastian, dan merasa ambigu dalam hal mencintai dan dicintai. Tetapi mungkin saja setelah aku menyampaikan satu atau dua kalimat nanti, akan merubah pola fikir kalian, yang sempat merasa menyerah sebelum tahu bagaimana rasa menang.
BACA JUGA
- SAYEMBARA LOMBA FOTO FESTIVAL BAHARI JAKARTA 2019
- LOMBA FOTOGRAFI SEMARAK HARI KEMERDEKAAN INDONESIA KE- 74 TOTAL HADIA 30 JUTA
- SAYEMBARA LOMBA FOTO DAN VIDEO JOGJA DARURAT SAMPAH 2019
Sudah berapa kali ku bilang? Bahwa mundur, menyerah, bahkan mengatakan "maafkan atas kelancangan ku sudah mencoba ada di kehidupan mu" ialah bukan aku sama sekali. Aku tak dibesarkan menjadi pengecut. Bertahan bagiku ialah karang yang mengagumkan. Ia menepis semua ombak bahkan badai. Bertahan bagiku ialah ketegaran yang tiada tara. Mendaki satu demi satu tangga kehidupan yang setiap tingkatnya akan menemukan banyak sekali kejutan. Dan aku akan selalu siap dengan banyak hal baru di hari yang baru. Aku tak akan mundur pada pertahanan kali ini. Percayalah!
Dalam ketegaran ini. Tak ada. Selain mendoakanmu dalam doa. Sebab menaruh perasaan padamu ialah bagian dari doa-doa. Ada ikatan yang hakiki saat aku jatuh hati padamu, yang artinya aku harus lebih jatuh hati pada Tuhanku. Ia yang mengabulkan setiap harapan. Ia yang menjawab setiap permintaan dan doa-doa.
Kalau banyak yang bertanya kenapa aku tetap bertahan padahal mereka bilang ini adalah bagian paling memilukan. Maka aku dengan segala ketegaran akan menjawab bahwa "ikatan ini telah ku tautkan pada ikatan ku dengan Tuhan'" aku selalu percaya bahwa kuasa-Nya jauh lebih besar dari cinta yang kupunya.
Dalam ketegaran ini. Tak ada. Selain ikhtiar untuk tetap bersemangat memperjuangkan mu. Aku menenangkan diri ini, bahwa kondisi saat ini hanyalah satu dari banyak peristiwa jatuh hati. Kamu merasakan ini berat, sebab kamu belum merasakan kondisi lain soal jatuh hati. Seperti rasanya menjauh dari dimensi fisik dengannya. Kemudian sakitnya mengenang. Bahkan pedihnya melupakan. Saat ini, kamu hanya berada pada ketegaran untuk tetap jatuh hati padanya. Bahkan mungkin, kamu belum pernah merasakan patah hati begitu hebatnya.
Penulis : Novi Intan Wulandari
Instagram : @novi_intanwd